REFLEKSI TENTANG KOTAK KECIL
Oleh:
A. Khalil Gibran Basir
Angkatan VII
Ilmu Komputer Universitas Hasanuddin
Ketua Panitia Anniversary ke-7 UKM KPI UNHAS
Ini adalah sebuah cerita
Perihal dua buah rumah
Yang dibatasi sepuluh-kilometer jauhnya
Rumah yang hanya terpisah antara sekat dan bahu jalan
Dan sederetan rumah, gedung-gedung yang menjulang tinggi
Begitupun rumahmu dan rumahku
Pernahkah kamu menyangka bagaimana sebuah ruangan kecil yang hanya berlapis dinding-tripleks dapat mempertemukan dirimu dengan orang-orang yang tidak pernah kamu temui sebelumnya?
Dan kemudian kamu berusaha mengeja nama mereka
Dan apabila lidahmu selesai mengejanya
Kamu sebut mereka sebagai “keluarga”
Bukan sedarah, namun searah.
Tatkala sejengkal kakimu menapak ruangan-kecil itu
Seketika itu pula jiwamu terbakar, dirimu melebur
Dalam cita, cinta, dan kekeluargaan
Dan kamu hanya terus membiarkan dirimu larut
Sebab kamu tahu, kamu berada di tempat yang tepat
Rumah Ilmiah, 15 April 2016
Assalamu’alaikum wr. wb.,
Tidak ada kata yang lebih pantas mengawali sebuah tulisan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT., atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita, atas kemampuan bernalar kita yang melebihi makhluk-makhluk lainnya sehingga kita mampu tumbuh sebagai pribadi yang taat dalam agama, patuh dalam etika, serta intelek dalam realita. Shalawat serta taslim dijunjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW., yang mengambil andil besar dalam memajukan peradaban zaman sehingga kita hidup di masa keilmuan yang tetap agamis meski dalam nuansa multikultural.
Tujuh-tahun, bukan waktu yang mudah untuk membuat organisasi tetap hidup dan menghidupkan jiwa-jiwa organisatoris para kader. Tujuh-tahun adalah bukti eksistensi organisasi, bukti bahwa masih ada pemantik semangat keorganisasian ketika semua kader telah lelah dengan semua program kerja yang ada. Meski dalam perjalanannya selalu ada berbagai perdebatan, namun satu hal yang selalu membuat sebuah organisasi tetap hidup. Adalah komitmen untuk tetap menghidupkan organisasi.
“UKM KPI hanyalah benda mati, kitalah yang menghidupkannya”
UKM KPI sejatinya adalah benda mati yang tidak dapat kita ajak berbicara dua arah. Ia berbicara hanya melalui sejarah yang telah digoreskan oleh para inisiator UKM ini. Ia hanya dapat berjalan atas sesuatu yang telah digariskan oleh Sang Pencipta. Tugas kita hanyalah mengikuti dan menentukan garis mana yang akan kita ambil. Kadang kita mengambil garis yang lurus saja, namun kadang kita harus mengambil jalan berkelok. Tidak jarang kita harus putar arah agar memastikan segalanya dapat berjalan baik kedepannya. Persoalan bagaimana sebuah organisasi hidup dan menghidupkan adalah hanya persoalan garis yang kita tarik sedari awal. Setiap garis yang kita ambil adalah jalan yang menentukan keselarasan visi dan misi organisasi kedepannya.
Sangat banyak data-data tentang bagaimana sebuah organisasi berjalan, namun tidak ada data dalam angka-angka yang dapat menggambarkan kecintaan kita pada sebuah organisasi. Karena cinta kepada organisasi bukanlah sesuatu yang dapat diukur dengan angka-angka dan omongan. Ia adalah perwujudan abstrak yang menunjukkan bagaimana organisasi tetap hidup dan menghidupkan.
Salah satu bukti bahwa organisasi masih hidup adalah eksistensi anggota. Tujuh-tahun UKM KPI Unhas berdiri selalu mengalami fluktuasi dalam hal perekrutan anggota. Dan saya rasa, ini bukan hanya dialami oleh UKM KPI saja. Semua organisasi mengalami problematika yang sama. Dari jumlah kader yang teramat sedikit, hingga sekarang mengalami peningkatan yang tajam dari tahun ke tahun. Ini berarti perekrutan anggota terus mengalami tren naik setiap tahunnya.
Open recruitment adalah kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh UKM KPI Unhas untuk menarik kader-kader baru yang diharapkan menjadi generasi penerus estafet kepengurusan. Terkecuali angkatan pendiri, setiap anggota yang ada di UKM KPI Unhas adalah produk yang dihasilkan oleh Open Recruitment. Hal demikian dengan saya sebagai kader muda yang baru sekitar-lima-bulan bergabung dengan keluarga ini.
Keluarga adalah tempat kamu berbagi, rumah adalah tempat kamu kembali. Layaknya sebuah keluarga inti, UKM KPI juga memiliki kepala keluarga yang menuntun jalannya sebuah keluarga. Setidaknya untuk satu tahun kedepan. Hanya saja, uniknya tahun ini adalah seorang wanita yang memegang estafet kepemimpinan sebagai kepala keluarga.
Lain kepala keluarga, lain anggota keluarga. Kami adalah “anak-yang-dibungsukan” sebagai kader termuda yang baru lahir dari rahim Open Recruitment. Tidak heran, butuh beberapa lama penyesuaian awal untuk lebih mengenal keluarga ini lebih dalam. Bahkan, untuk mengenal satu sama lain dengan jumlah anak bungsu sekitar seratus-enam-puluh-tujuh orang ini adalah sesuatu yang hampir tidak rasional. Tapi, meskipun kami tidak mengenal satu sama lain seluruhnya, saya yakin bahwa pertemuan ini adalah pertemuan yang telah digariskan oleh Sang Pencipta.
“Pertemuan adalah sebuah kemutlakan. Aku mengenalmu, kamu mengenal mereka, dan mereka mengenalku adalah perkenalan yang sudah digariskan.”
Aku mengenalmu, kamu mengenal mereka, dan mereka mengenalku adalah perkenalan yang sudah digariskan. Saya selalu percaya bahwa tidak ada sesuatu yang bersifat kebetulan. Dari awal ketika kamu sudah ditakdirkan untuk lulus sebagai Mahasiswa Unhas, KPI telah digariskan untukmu berkenalan dengan orang-orang baru disana. Dengan wajah-wajah baru dan karakter-karakter yang bahkan mungkin kamu belum pernah menemuinya dalam hidupmu. Keluarga baru yang digariskan agar kamu belajar bagaimana kekeluargaan berjalan meskipun kalian bukanlah saudara sedarah. Dan saya memaknai kata-kata ini sebagai sebuah kemutlakan atas keputusan tepat yang saya ambil ketika pertama kali menginjakkan kaki di rumah ilmiah.
Syarat terbentuknya sebuah keluarga adalah adanya pemimpin, adanya anggota, adanya visi yang sama, serta ada wadah yang menampungnya. Berbicara mengenai wadah, sudah seharusnya sebuah keluarga memiliki tempat yang mempersatukan seluruh anggota keluarga. Di UKM KPI, ini disebut dengan
Rumah Ilmiah. Sebuah ruangan kecil sederhana berukuran
empat kali tiga meter yang hanya dibatasi oleh tiga buah sekat tripleks serta pintu dorong dua arah sebagai jalan masuk utama. Lantainya adalah lantai semen beralaskan spanduk bekas serta karpet hijau berbahan sintetis. Atapnya hanya menumpang pada atap gedung PKM yang terpisah satu-meter jauhnya dari sekat yang membatasi ketiga sisi dinding. Tidak ada batas alas yang meninggikan antara
rumah ilmiah dan koridor beranda. Tidak heran ketika hujan melanda, kadang air masuk merembes ke dalam sehingga kami harus berdesak-desakan dalam ruangan agar tidak terkena air hujan.
"Rumah ilmiah adalah ruangan yang kecil. Kami kadang berdesak-desakan. Bahkan ketika hujan, kami merasakan bagaimana dinginnya udara diluar dan air yang merembes masuk ke dalam ruangan. Tapi hujan dan sempitnya rumah ilmiah adalah dua hal yang mempersatukan kami"
Rumah ilmiah adalah rumah tempat kamu kembali ketika kamu bahkan sibuk dengan urusan akademik yang menyita waktu dan pikiranmu. Tempat kamu berbagi dan melepaskan penat setelah kesibukan kuliahmu. Tempat kamu berkarya dan melahirkan inovasi-inovasi baru. Tempat kamu mengerti apa itu kekeluargaan, cita, dan cinta. Rumah yang mengajarkanmu bahwa sesuatu yang kecil bukan berarti tidak dapat melahirkan sesuatu yang besar. Rumah yang menjadi tonggak pergerakan revolusi mahasiswa, meskipun hanya bahasan angin namun kami optimis suatu saat nanti akan ada waktunya rumah ilmiah menjadi basis pergerakan inovasi dan revolusi mahasiswa di Universitas Hasanuddin.
Rumah ilmiah itu kecil, namun melahirkan banyak inspirasi. Rumah ilmiah itu kecil, namun melahirkan banyak kader. Rumah ilmiah itu kecil, namun melahirkan banyak prestasi. Rumah ilmiah itu kecil, namun melahirkan banyak inovasi. Rumah ilmiah itu kecil, namun tanpa rumah ilmiah, kamu tidak akan mengerti mengapa saya menulis refleksi ini.
Atas Nama Bujang Sekret
A. Khalil Gibran Basir
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar