LDK;
Dikuatkan Fungsinya Jangan Dicurigai
Oleh:
Muh. Iskandar Zulkarnaen
Angkatan 8 UKM KPI Unhas
Mahasiswa
dan ideologi tidak dapat dipisahkan. Ideologi adalah prinsip, keyakinan yang
mengarahkan perilaku mahasiswa.
Radikalisme kini
semakin mengkhawatirkan. Mahasiswa pun tak luput untuk direcoki pikirannya
terkait paham-paham radikalisme. Maraknya pemberitaan mengenai semakin merebaknya
paham-paham radikalisme di kalangan mahasiswa, cukup meresahkan masyarakat.
Kampus atau universitas sebagai tempat dimana seharusnya paham dan ideologi negara
ditegakkan dan diajarkan serta di implementasikan, pun tak luput dari target
penyebaran paham radikalisme. Menengok sejarah, kampus memang telah menjadi
tempat yang sering dimasuki oleh para penganut ajaran radikal untuk menyemai
bibit-bibit baru penerus paham radikalisme.
Sejak orde baru, fenomena
ajaran radikalisme di kalangan mahasiswa memanfaatkan kondisi psikologi
mahasiswa yang masih berusaha untuk menemukan ideologi atau jatidirinya. Kemudian
dibumbui dengan pikiran-pikiran ketidakpuasan terhadap pemerintahan yang
berlanjut pada kesimpulan untuk mengkafirkan pemerintah. Berdasarkan sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Litbang Departemen Agama tahun 1996, empat
perguruan tinggi negeri yakni UI, UGM, Unhas, dan Unair menjadi tempat paling
potensial untuk berkembangnya aktivitas radikal.
Sebuah jajak pendapat yang dilaksanakan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada periode 2017 menunjukan
bahwa 39% mahasiswa di 15 provinsi tertarik pada paham radikal. Terbaru, masyarakat
dibuat semakin resah setelah ditangkapnya alumni Universitas Riau terkait
tuduhan merakit empat bom untuk peledakan sejumlah tempat.
Organisasi keagamaan
di kampus seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan sejenisnya menjadi sasaran
kecurigaan berbagai pihak bahwa ajaran radikalsme bersemai. BNPT berkali-kali
menekankan kepada pihak universitas untuk melakukan pengawasan terhadap
lembaga-lembaga mahasiwa untuk mencegah bibit radikalisme menyebar di
mahasiswa,
Setiap perguruan
tinggi juga memiliki cara masing-masing untuk membentengi mahasiswanya. Contoh
paling konkrit adalah dengan menambahkan mata kuliah yang berkaitan dengan penanaman
karakter dan ideologi pancasila serta pendidikan kewarganegaraan sedari
semester awal untuk menguatkan jiwa nasionalisme mahasiswa terhadap Indonesia. Beberapa
universitas juga mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti kajian keagamaan untuk
mendukung pembelajaran agama di dalam kelas, dan juga mengikuti training dasar
tentang ideologi negara. Namun, dibutuhkan lebih dari sekedar kajian-kajian
pemahaman ideologi untuk mengokohkan mahasiswa dari paham-paham itu.
Dibutuhkan peran
lebih dari organisasi-organisasi internal kampus dan eksternal kampus untuk
menghindari dan mencegah virus radikalisme menjangkiti mahasiswa Tidak bisa di
sangkal bahwa minat mahasiswa untuk terlibat aktif dalam organisasi mahasiswa
semakin menurun. Karena bebeapa penelitian menemukan bahwa mahasiswa yang tidak
terlibat dalam organisasi biasanya lebih mudah untuk doktrin suatu ajaran. Tentunya
ini menjadi tugas bersama untuk mebuat satu terobosan inovatif untuk kembali
memikat mahasiswa berkegiatan di organisasi kampus.
Peran lebih penting
lagi seharusnya disematkan kepada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) sebagai ujung
tombak dakwah keagamaan di kampus. Salah satu alasan mengapa paham terorisme
sangat mudah untuk bisa diterima oleh mahasiswa, salah satunya disebabkan oleh
pemahaman agama yang sangat minim dan tidak mengakar kuat.
Berbekal pemahaman
seadanya tentang nilai-nilai agama mereka masuk ke universitas yang didalamnya
telah tersebar berbagai paham, yang akhirnya menyebabkan mereka mudah
terperosok kedalam ajaran sesat. Sehingga peran LDK untuk bisa mencegah virus
tersebut adalah dengan menjadi yang terdepan untuk mengawal nilai-nilai agama
yang harus ditanamkan dengan benar kepada mahasiswa.
LDK juga harus
meningkatkan inovasi dan kreativitas untuk semakin memikat mahasiswa untuk ikut
bermajelis dan mengokohkan akidahnya. Ini menjadi tantangan tersendiri dan
harus dinggat bahwa para penyebar paham radikal juga tak akan tinggal diam dan
terus mencari cara-cara baru untuk mendoktrinkan ajarannya.
Sinergitas
Selain penguatan
peran dan fungsi LDK, pihak univesitas pun tak boleh juga mengendorkan
pengawasan terhadap berbagai kegiatan di internal LDK. Birokrasi kampus harus bisa
bergandengan tangan bersama dan menjadikan LDK sebagai mitra kerja. Penguatan
fungsi dan peran LDK pun akan semakin luas dan dapat lebih menjangkau ke
mahasiswa. Pihak-pihak organisasi intra kampus lainnya semacam Badan Eksekuttif
Mahasiswa, Himpunan dan Unit Kegiatan Mahasiswa juga harus diajak bersama-sama
menyelaraskan visi besar terkait pencegahan dan tindakan untuk tidak mentolerir
paham radikalisme menyebar di mahasiswa.
Seyogyanya, setiap
civitas akademika harus saling bergandengan tangan untuk menghalau setiap
pemikiran yang betolak belakang dengan visi dan ideologi negara. Serta yang
paling penting mesti dilakukan bersama adalah melakukan pembinaan secara terus
menerus dan pengawalan yang berkesinambungan. Tidak boleh ada saling lempar tanggung
jawab, karena sudah sepantasnya kampus menjadi tempat dimana mahasiswa tidak
hanya diajarkan kecerdasan intelektual dan sosial namun juga ditempa jiwa spritualisnya,
sehingga saat dia keluar ke masyrakat dia tidak mudah digoyahkan.