Kemana Mahasiswa Setelah
Berinovasi?
Pasca penutupan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS)
ke-30 Universitas Muslim Indonesia
Dimuat pada laman harian Fajar edisi Senin, 26 Agustus 2017
Oleh : A. Khalil Gibran Basir
Koordinator Divisi Media dan Informasi UKM KPI Unhas
Periode 2017
"Perhelatan akbar bagi inovator
muda bangsa, Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-30 Universitas Muslim
Indonesia patut mendapat apresiasi yang besar dari insan mahasiswa di seluruh
Indonesia. Program yang mempertemukan 1845 peserta dari sebanyak 420 Program
Kreatifitas Mahasiswa (PKM) terbaik di Indonesia ini merupakan hasil dari
seleksi sekitar 77.000 proposal PKM yang terdaftar pada laman Simbelmawa RistekDikti."
![]() |
Panjang Umur Perjuangan! Tim PKM-M Sabtu Satu Atap |
Dibuka dengan sajian spektakuler,
perhelatan PIMNAS ke-30 di Universitas Muslim Indonesia merupakan salah satu
ajang yang menjadi tolok ukur prestasi dan
kreatifitas mahasiswa di bidang penalaran, penelitian, penerapan teknologi,
karsa cipta, kewirausahaan, dan pengabdian masyarakat. Program ini berhasil mempertemukan para
inovator muda bangsa di bidangnya masing masing. Terdapat tujuh jenis skim PKM
yang diperlombakan di PIMNAS kali ini antara lain PKM-PE (Penelitian Eksakta),
PKM-PSH(Penelitian Sosial Humaniora), PKM-K (Kewirausahaan), PKM-M (Pengabdian
untuk Masyarakat), PKM-KC(Karsa Cipta), PKM-T (Penerapan Teknologi), dan PKM-GT
(Gagasan Tertulis).
Program Kreatifitas Mahasiswa
(PKM) memacu setiap mahasiswa untuk berpikir secara divergen sehingga dapat
berkontribusi terhadap bangsa dan negara dengan menyediakan alternatif
pemecahan masalah yang sedang berkembang di masyarakat. Mahasiswa juga dituntut
untuk memiliki jiwa kompetitif serta profesionalitas terlebih bahwa setiap
program memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda tergantung pada skim dan
tema yang diangkat. Namun seberapa professionalkah mahasiswa dalam mempertanggungjawabkan
hasil dari program mereka yang telah diangkat dan dipublikasikan kepada
masyarakat? Apakah mahasiswa hanya memandang PIMNAS hanyalah kompetisi yang
biasa? Ataukah mungkin hanya ajang untuk mempertanggungjawabkan program
terhadap RISTEKDIKTI selama perhelatan beberapa hari ini?
Sedikit dari cerita yang penulis
alami bahwa dalam membangun program kreatifitas mahasiswa membutuhkan waktu
yang tidak sedikit hingga sampai pada ajang PIMNAS ke-30 pada tahun ini. Butuh
perjuangan selama kurang lebih satu tahun jika dihitung dari pengunggahan
proposal untuk memikirkan ide, mempersiapkan, melaksanakan, serta
mempertanggungjawabkan hasil dari ide yang telah dibangun sejak awal. Sehingga,
sejak penyusunan ide hingga pada tahap penyelesaian program, mahasiswa sudah
harus mulai bernalar memikirkan bagaimana keberlanjutan program kedepannya.
Terutama ketika posisi mahasiswa bersangkutan sudah tidak ada pada sistem yang
bersangkutan. Potensi keberlanjutan program dapat terabaikan dan memiliki nilai
kebermanfaatan yang tidak berkesinambungan.
Bukankah mahasiswa adalah agen
perubahan dalam masyarakat? Jika benar demikian, maka mahasiswa dituntut untuk
melakukan perubahan setidaknya untuk diri sendiri terlebih dahulu. Berubah
untuk lebih bertanggungjawab kepada diri sendiri atas ide yang telah dikemukakan.
Demikian halnya aktualisasi pertanggungjawaban atas ide kepada Tuhan dan
masyarakat. Ketika ide perubahan hanya sekedar perubahan tanpa adanya konsistensi
dari perubahan ataupun nilai kebermanfaatan atas ide, maka perubahan yang
dialami tidak lebih dari sebuah angin lalu bagi masyarakat.
Belajar dari tahun tahun sebelumnya,
implementasi atas Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) sebenarnya sangat banyak
di masyarakat. Terlebih bahwa dari data yang tercatat oleh RISTEKDIKTI pada
tahun ini terdapat sekitar ribuan proposal lulus didanai dari sekitar 77.000
PKM yang telah terunggah. Namun yang terjadi adalah hanya sebagian kecil yang
masih terdengar gaungnya di masyarakat. Selebihnya hanya sampai pada tahap
monitoring dan evaluasi oleh RISTEKDIKTI.
Mungkin tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi hambatan utama dari setiap mahasiswa enggan melanjutkan program PKM adalah pada pendanaan sebab dari pengalaman penulis, dana merupakan hal krusial bagi pelaksanaan program kreatifitas mahasiswa. Rentang waktu serta masa studi perkuliahan yang terbatas juga merupakan faktor utama dalam melanjutkan PKM. Namun, inovasi bukanlah sebuah inovasi jika tidak memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Idealnya, mahasiswa harus pandai dalam mengatur segala sumberdaya yang ada sehingga seluruh kegiatan dapat terlaksana. Bukankah Mahasiswa adalah manusia paripurna yang nantinya akan berkembang menjadi bibit-bibit pemimpin masa depan?
Seyogianya, setiap PKM dirancang dengan memperhatikan
aspek keberlanjutan sejak awal dibangunnya program hingga pada tahap penyelesaian
akhir. Sebab pertanggungjawaban sebenarnya dari sebuah PKM bukan pada
RISTEKDIKTI akan tetapi kepada Tuhan dan Masyarakat terdampak. Harapan penulis
bahwa semoga ajang PIMNAS ke-30 tahun ini memiliki nilai kebermanfaatan yang berkelanjutan
bagi masyarakat. Bukan hanya untuk menunjukkan kegigihan dari setiap
universitas dalam mengemukakan inovasi akan tetapi sebagai bahan untuk terus
berbenah bagi bangsa dan negara. PIMNAS hanyalah sebagian kecil dari
pertanggungjawaban atas ide yang telah dikemukakan mahasiswa ke bangsa ini,
selebihnya pertanggungjawaban yang lebih besar telah menunggu kepada Tuhan, dan
masyarakat.